Setengah Mati Menggapai Puncak Gunung Ungaran Puncak Ungaran

Setengah mati menggapai puncak gunung ungaran

"puncak ungaran" - Hi gabung lagi di situs ini  , pada pertemuan ini saya akan menjelaskan tentang "Setengah mati menggapai puncak gunung ungaran" dengan jelas, yuk simak selengkapnya ...

Akhirnya setelah beberapakali berencana, hari sabtu 19 November 2011 arloji 5 sore, pendakian mengarah gunung Ungaran di eksekusi. Walau yang berangkat sekadar kita bertiga; aku, ihun dengan catur, tetapi kami banyak berbesar hati dengan antusiasme sekali. Dengan menggunakan angkot yang kita carter dari Rumah ihun di Sekaran, kampus Unnes melantas mengarah Jimbaran.

Setengah mati menggapai puncak gunung ungaran

Kami memulai berangkat dari pos Jimbaran, persis saat sore berganti malam, melalui rumah-rumah kampung yang damping eka dengan lainnya. Tapi walaupun sedang di desa, tanjakannya jangan di anggap enteng, >30 derajat dengan panjaaaang…aku minta bukan main deh, baru aja mulai jalan dah di kasi pemanasan yang ciamik, bikin ngapngapan, hebat banget gunung ini. Setelah 2 arloji kami berangkat menaik melalui kediaman dengan kebun penduduk akhirnya kami tiba di pos pendaftaran pendakian Gunung Ungaran, alias yang di tutur juga basecamp Mawar.kami mendaftarkan diri kami bertiga dengan membayarkan retribusi sebanyak Rp. 2000/orang.

Di basecamp mawar malam ini ramai sekali, orang-orang yang bakal menaik mempersiapkan dirinya di sini, bahkan siap yang Cuma camping, akibat pandangan dari sini dah cantik banget, beda tempo boleh juga niy kalau caing berseri bersama teman-teman disini. Di basecamp mawar ini siap penitipan sepeda motor (sialnya kita dah melenyapkan energi jalan 2 jam, selama motor bisa melantas sampai sini). Dan yang terpenting, disinilah barung-barung bontot dimana kita menikmati makan malam kita dengan memajukan bagian perbekalan pendakian kalo di melalui sedang kurang.

Memasuki sebuah barung-barung makan, kita pesan menu makan malam yang simple saja tetapi cukup untuk menahan perut hiking mengarah kulminasi gunung ungaran. Saat makan kita bertegur sapa dengan gerombolan lainnya yang juga bakal mendaki, siap yang dari bekasi, jogja, dengan beda tempat, Sambil bertanya2 trek yang bakal kita hadapi, akibat kita niat untuk menggabai puncak. Mengetahui kita rencana untuk ke puncak, ujug2 si bapak pemilik barung-barung malah ikutan nimbrung dengan mencelacela diriku, beruntung pengetahuan bahasa jawaku banyak minim, sehingga yang ku tangkap Cuma ‘mbae lemu’ mana kuat ke puncak, beruntung kemping disini aja’, sambil tertawatawa jijik ngeliatin aku. Pengen ku siram ma cecair mendidih cocote di bapak itu, ga berenti2 ngoceh sambil berkali2 ngomong ‘mbae lemu. Aku siy ga nanggepin dia ngomong apa, tetep tua makan, pikirku benar gw gendut, trus segala apa masalah lo..heran, tetapi di ceruk senun ihun dengan skak ketawaketiwi turut menertawaiku..huuuh..cakar2 bidang mereka berdua GGRRRR……

Setengah mati menggapai puncak gunung ungaran

Usai makan kami melantas bergegas. Waktu pernah menunjukkan arloji 08.30 dengan kamipun memulai langkah kami mencampuri hutan. Pohon tanaman agung memajukan pekat malam, akibat menutupi cahaya langit. Memulai darmawisata melantas di sambut trek yang lumayan buat melenyapkan asupan makan malam tadi, bikin keringetan. Jalan lmayan menaik tetapi suasana hutan memberi antusiasme yang beda. Kami berangkat santai, tidak terlalu cepat. Sambil bersendagurau yang lumayan buat penyegaran. Di kekal jalan kami menemukan pipa2 paralon bersih bergantungan, rupanya aliran cecair dari pangkal alat penglihat cecair di tempat sana, berdasarkan ihun dulunya siap sungai tetapi ternyata sekarang alirannya di sudet masuk ke di paralon itu, hingga kami menemukan semacam sumur/reservoir dengan cecair melimpah segar di dalamnya, ketika di coba, ternyata lmayan brr..dingin airnya dengan sweger. Semakin antara Treknya berkombinasi antara tanjakan yang memayahkan dengan jalan datar yang menyenangkan hingga tibalah kami di ladang the, waah jadi berasa teawalk niy, tampak kaum kediaman penunggu ladang di pinggir jalan, dengan tak antara akan datang tibalah kami di pertigaan camp promasan, tetapi kami tidak ke camp, kami melantas ambil jalan mengarah puncak. Di kesudahan ladang the kami memutuskan untuk berihat sejenak. Kami pernah berangkat 2,5 jam, dengan begitu menemukan dataran yang cukup lapang dengan pandangan plong menghadap antariksa dengan metropolis dibawah sana, kami gelar matras dengan keluarkan kompor, kita hangatkan badan dulu.

Kami beruntung mendapatkan malam yang cerah ditengah musim penghujan. Dari awal kami berangkat kami di temani bintang2 yang bercelak di langit. Semakin malam bintang yang muncul semakin banyak, berkejap dengan bermacam kala bintang terbina (aku Cuma tau kala bintang layanglayang). Pemandangan indah di antariksa berpadu dengan kerlip alat penerangan metropolis semarang di kolong sana, menjadi kontras dengan komplit. Pemandangan indah ini menjadi penyembuh capek yang lmayan mujarab untukku.

Istirahat kami malam ini, dengan susu coklat panas dengan sup laksan yang bikin keasinan akibat ihun *padahal dah di ingetin tempo nuang bumbunya*, selama abdi leyeh2 informal menikmati pandangan heheheheehee…lmayan lama kita interval sambil becanda2 ga penting, ketawaketawa lepas. Hingga akhirnya dingin kembali merasuki tubuh, barulah kami pack barang2 dengan kembali berjalan.

Di kesudahan ladang the ini kami melantas di sergap tanjakan sonder ampun, dinding berangkal terjal menghadang, tak menduga bakal menemukan trek bagai ini. Ku duga dinding berangkal ini sekadar kaum saja, ternyata itulah fakta yang kudu abdi hadapi hingga 4 arloji selanjutnya, dengan berabe payah memanjati batubatuan yang semakin keatas buatku semakin sulit, bahkan siap susunan berangkal yang abdi tidak menemukan tumpuan yang nyaman untuk menjejakkan kakiku, memaksa ku untuk berangsur(-angsur) bahkan ihun dengan skak adakala mendorong punggungku saat ku kesulitan mengangkat badan gendutku menapak batuan itu. Belum juga saat kudu menaik celah batu, dini abdi manjat pasti mereka berdua dah ketawaketawa, ‘awas mba nyangkut ga bisa begerak’ hahahahaha….tapi abdi berjaya lolos, pasti kan kalo abdi sedang ‘agak ramping’ hahahhaa…. Kl dulu di gunung salak track ke puncaknya di tutur trak khidmat bumi akibat terus memaksa kita cucup dengkul disini disebut segala apa ya, secara bukan sekadar cucup dengkul tetapi sampai ke jempol kaki sepertinya. Trek batubatuan ini ga siap habisnya, ga siap bonus jalan datar, tiap eka kulminasi punggungan melantas menghadang dinding batuan baru. Awalnya kami sepakat untuk berihat tiap 1/2 jam, menikmati bintang yang cemerlang dengan cahaya kerlip metropolis semarang di kolong sana. kita bakal informal ketawa2 dengan meniru logat teman2 (hohohoho….kamu kenapa ??? *ingat miss aww dengan midah*) alias setiap abdi berjaya melewati suatu treck yang sulit mereka bakal menyambut dengan *selamat asal di in**mart, selamat berbelanja, silahkan asal kembali hahahahahaaaa, hal ini betul menjadi peringan lelahku, pasti ketawaketawa….namun setelah lebihdari 2 arloji berjalan, akhirnya frekuensi kami berihat Setiap ku kekeringan napas pasti ku bakal memaksa ihun dengan skak untuk interval sejenak, meredakan megap2 di dadaku. Menerima fakta track berangkal yang ga siap habisnya, bikin abdi mengkeret. Di suatu area kami berihat memegang daerah yang cukup lapang, pemandangannya plong banget, abdi dah melasmelas biar kita ngcamp aja disini, tetapi Cuma di jawab dengan ‘hayo mba, tanggung dikit juga sampai puncak’…huhuhuhuuu…mau nangis, tetapi kog mereka sedang semangat, abdi dah letih, ngantuk…semangatpun berdiam separo, tetapi kog mereka dengan cengengesan sedang ngetawain aku…huhh cermat yaaa kalian…

Setengah mati menggapai puncak gunung ungaran

Kembali menginvestigasi terjalnya bebatuan, alang-alang semakin agung dengan puncaknya semakin ga jelas, abdi terus2an mengingatkan untuk kita ngcamp aja yuuuk, tetapi me

reka terus melangkah, hingga akhirnya mereka memberikan aliran udara surga, ‘baiklah, kalo nanti siap area yang lapang kita bikin camp ya mba…oooh akhirnya’ dengan ternyata ialah tak lama akan datang nampak sebuah bivak dengan jalannya mulai datar, abdi melantas semangat, ternyata kita dah sampai puncak…

Hore…hore…hore…walau badan lemas bukan kepalang, tetapi mendapati diriku ternyata dah dipuncak gunung Ungaran benar beda, anu dari mana semangatnya keluar…kupeluk ihun dengan skak dengan berterimakasih kita dah sampai di puncak, awal ini arloji 4 kurang. Dingin banget anginnya menderu, dengan kita melantas bongkar uncang untuk melaksanakan bivak di antara kaum bivak yang pernah ada di kulminasi gunung ini. Begitu bivak ada ihun dengan skak melantas masuk, abdi juga dah ngantug dengan capek berat, tetapi begitu ku liat akanan timur pernah membara, ah pasti sayang kalau di lewatkan. Akhirnya dengan memalangi kantuk yang amat banyak dengan dinginnya aliran udara di subuh ini, kupaksa diriku untuk menunggu sunrise.

Setengah mati menggapai puncak gunung ungaran

Sunrise di kulminasi Gunung Ungaran ialah betul luarbiasa. Pemandangan di sebulatan plong sonder penghalang, di timur tampak antariksa merekah kemerahan, di daksina menyembul gunung merbabu, merapi yang sedang berselimut awan, diantara gunung ini, tampak rawapening menghampar dengan metropolis ambarawa yang sedang berkejap berantun alat penerangan kota. Di melahirkan tampak metropolis semarang dengan batas lautnya, alat penerangan metropolis sedang ramai berkelip. Dibarat hadir kulminasi sebuah gunung, tak tau gunung apakahitu dengan di dibawah sana, ladang the medini hadir membentang…waah betul pandangan indah yang akmal yang kudapatkan.

Semakin matahari mengintip, silaunya tak tertahankan, mungkin akibat abdi belum tidur, sehingga dini matahari meninggi, abdi masuk ke tenda, dengan bergelung di sleepingbag hangatku, dengan mencoba tidur.Walaupun matahari mulai calang di akanan sana, tetapi dinginnya aliran udara di kulminasi gunung ini sedang membuat badanku menggigil.

Semakin pagi, suasana di kulminasi makin ramai, gaduh akibat suara orangorang yang bersukaria berjaya tiba di kulminasi gunung Ungaran. tetapi ku tetap belum mau membuka mata. Baru arloji 8 ku bangun, dengan melantas membereskan sleepingbag dengan barangbarangku. Keluar bivak suasana pernah lebih sepi. 3 bivak yang kemarin menemani pernah tidak ada, sekadar berdiam bivak kita aja yang ada dengan kaum pengunjung kulminasi yang kesiangan yang sedang menampakkan dirinya di kulminasi gunung Ungaran. Kita makanan (pagi) awal dulu dengan di tua dengan ritual poto wajib di kulminasi gunung Ungaran. Pagi ini pandangan dari kulminasi tertutup awan, jadi kita ga bisa liat pandangan indah di kolong sana, Cuma bersih aja, kita ada di tempat awan. Puncak gunung Ungaran ada prasasti Benteng Raider, lengkap dengan topi khas nya, siap eka tiang bendera untuk upacara. Usai berpoto2, kita packing, dengan kembali bersiap untuk turun.

Setengah mati menggapai puncak gunung ungaran

Kita anjlok mengarah komplek candi gedong songo, begitu menginggalkan kulminasi kita melantas mencampuri hutan dengan tanaman agung dengan berlumut. Jalan tanah yang bersahabat, tetapi licin akibat lumut. Tracknya sebenarnya enak, ga terlalu terjal, tetapi licin lumut, tanaman tumbang, semak yang agung menghalangi darmawisata kita. Banyak persimpangan yang membingungkan, tetapi beruntung berjibun sign yang dibuat sehingga memudahkan kita mengikuti sign dengan tulisan ‘gedong songo’. Perjalanan anjlok kita lalui dengan jatuh bangun terpleset akibat licinnya track, padahal dari kita naik cuaca cerah, kebayang kalo pas hari hujan abu gimana kadar kita di kolom ini.

Perjalanan menuruni gunung Ungaran mengarah Gedong Songo ku habiskan selama 4 jam, dari arloji 1/2 10 hingga 1/2 2. 2 arloji perdana darmawisata di lalui dengan cukup konstan, sedang antusiasme soalnya, menjelang bersih laju darmawisata semakin pelan, dengan kami salah perhitungan mengenai stok cecair minum, kukira kita bakal menemukan alat penglihat cecair bagai di kolom mengarah camp mawar, ternyata di kolom ini tak siap satupun alat penglihat air, dengan kitpun kekeringan air. OMG, eka arloji bontot abdi kehausan banyak dengan kaki mulai gemetar memalangi licinnya jalan yang kudu di tempuh. Dan semakin abdi sering kepleset, ritme berjalanku semakin pelan, jadi tertatihtatih terlalu berhati2 akibat memalangi biar badan seimbang.

Setengah mati menggapai puncak gunung ungaran

Tiba di daerah gedong songo, abdi tewas, berasa semua badan koyak-koyak redam, melihat jukut lugu terhampar, abdi melantas rebahan dengan rintik gerimis mulai turun. Awalnya ku nikmati percikan cecair kecil2 menyiramiku, lama-lama kog deres, akhirnya kabur ke barung-barung terdekat berteduh.

Kita interval lumayan enak, makan nasi sepiring, minum the anget dengan informal menikmati hujan abu yang anjlok deras. Begitu hujan abu reda kami keluar dari daerah komplek candi gedon

g songo. bentuk kami yang kucel dengan kumuh serta jalan tertatih jadi perhatian pengunjung yang cakepcakep, tetapi kita cuek aja, mo gimana lagi, benar dah bgini bentuknya hohohohohooo….

Beruntung setibanya kami di parkiran, angkot pesanan kami juga pernah datang, jadi ga pake menunggu lama, kita melantas di berangkatkan kembali ke kediaman ihun. Di darmawisata pulang abdi gelar matras di lantai angkot dengan dengan menyandarkan punggung di tas, abdi terlelap nikmat bobo kekal perjalan .

Setengah mati menggapai puncak gunung ungaran

Sungguh ini ialah pengalaman naik gunung yang beda dari yang lain. Entah akibat abdi benar pernah uzur alias benar gunung ini yang hebat. Tapi tiap area pasti punya cerita yang berbeda. Bersyukur pernah menyempatkan menaik gunung yang selalu memanggil centil dari balkon kamarku setiap awal yang cerah. Terimakasih ku banyak untuk ihun dengan skak yang mewujudkan ajakan berani bukan alang untuk menaik gunung ungaran, dari rencana awal Cuma kemping berseri aja menjadi naik gunung yang mengesan sekaligus mengenaskan. Terimakasih kalian begitu betah mengawalku, dengan tetap berseri memberikan antusiasme bagiku.

Gunung Ungaran di Selatan Semarang, abdi pernah asal padamu

-vii-

Setengah mati menggapai puncak gunung ungaran

Berikut artikel "Setengah mati menggapai puncak gunung ungaran" terima kasih atas kunjungannya

Simak artikel lain sesuai label puncak ungaran, lokasi puncak ungaran, puncak ngipik ungaran,

artikel diambil dari beberapa sumber, jadi kalau ada yang mau bahas soal kredit, silahkan hubungi kami di situs - "puncak ungaran

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Setengah Mati Menggapai Puncak Gunung Ungaran Puncak Ungaran"

Posting Komentar